Yogyakarta, 27 Mei 2004
Kepada:
Yth. Bapak Amien Rais
Di Yogyakarta
Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dengan hormat,
Perkenankan saya untuk memperkenalkan diri. Nama saya Fima Rosyidah, mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris, FBS, UNY. Sekarang saya sudah memasuki semester ke delapan dan akan segera menyelesaikan skripsi saya.
Saya sudah mengenal nama pak Amien sejak saya duduk di kelas I SMU. Pada saat itu adalah tahun 1998. Dimana para mahasiswa sedang ramai-ramainya berdemonstrasi menentang Soeharto. Saya melihat sendiri mahasiswa ditembaki dengan peluru karet di perempatan Mirota Kampus, karena kebetulan sekolah saya berada persis di perempatan itu yaitu MAN Yogyakarta 1. Saya menangis melihat perjuangan mereka, kemudian di koran dan televisi pak Amien sering muncul dengan pernyataan-pernyataan yang sangat berani dan lugas. Saya pun mulai bertanya-tanya, siapa sih pak Amien itu? Kemudian saya bertanya dengan kakak saya yang kebetulan dosen Fisipol UMY pada saat itu. Dia mengatakan bahwa sosok pak Amien adalah seorang yang berani mengatakan yang benar itu benar dan yang batil itu batil. Semenjak saat itu, saya menjadi semakin ingin lebih mengenal sosok bapak. Proses pengenalan itu ternyata benar-benar bersambut dengan semakin banyaknya pemberitaan-pemberitaan mengenai perjuangan bapak untuk melakukan suksesi kepemimpinan. Di saat semua orang tidak pernah menggoyahkan posisi pak Harto, bapak justru memiliki keberanian yang tidak dimiliki oleh tokoh-tokoh lain. Saya melihat pak Amien sangat kritis dan obyektif dalam menanggapi segala sesuatu. Maka menjadi hal yang sangat wajar ketika kerja keras bapak dapat membuahkan hasil dengan lengsernya Soeharto dimotori oleh gerakan mahasiswa. Saya melihat, mahasiswa pada saat itu benar-benar tercerahkan dengan pernyataan-pernyataan pak Amien. Mengingat pada saat itu, pak Amien merupakan seorang akademisi, bukan praktisi politik.
Pasca reformasi, nama pak Amien semakin menanjak. Apa lagi, bapak mulai merambah pada dunia praksis perpolitikan Indonesia. Setelah Soeharto lengser, bapak tidak lagi menjadi “bulan-bulanan” Soeharto. Bapak semakin memantapkan diri dalam percaturan politik Indonesia. Partai Amanat Nasional pun segera membuahkan hasil di MPR. Terus terang, pada saat pemilihan presiden pasca Habibie, saya sangat bersyukur karena pak Amien tidak jadi menuju kursi presiden. Mengingat kondisi Indonesia saat itu tidak sebaik sekarang ini. Memang ada rasa ketidakpercayaan terhadap kepemimpinan pak Amien, tapi bukan karena sangsi akan kemampuan kepemimpinan bapak melainkan karena seorang superman pun tidak akan dapat mengatasi permasalahan yang teramat sangat kompleks.
Ketika pak Amien bermain di MPR, saya benar-benar terkejut dengan sikap anda yang justru mendukung seorang Gus Dur menjadi presiden. Saya hanya berpikir sederhana saja pada saat itu, bukankah dalam politik akan selalu ada kejutan-kejutan yang pasti sudah dipikirkan secara matang oleh politikus tersebut sebagai salah satu strategi politik. Apa pun alasan pak Amien. Saya tetap yakin, anda sudah memperhitungkan segala sesuatunya. Maka tak heranlah saya ketika akhirnya dalam waktu beberapa bulan, Gus Dur pun diturunkan oleh MPR.
Diantara morat-maritnya kepemimpinan Megawati pada saat ini, masyarakat yang cerdas tidak akan menyalahkan presidennya saja. Akan tetapi seluruh elite politik yang ada disekitarnya. Maka, pak Amien juga tidak dapat lepas begitu saja dari permasalahan ini. Sebagian masyarakat menilai seorang pak Amien yang telah menjadi salah satu bagian elite tersebut cenderung lebih banyak diam. Ada apa dengan bapak pada saat ini? Adakah skenario politik yang telah dipersiapkan atau karena minoritas suara anda terlalu kecil di pemerintahan atau ada suatu tekanan dari beberapa pihak?
Akan tetapi saya tetap berusaha khusnudzon dengan sepak terjang bapak dalam jajaran pemerintah. Memang untuk mengubah suatu sistem maka seseorang perlu memasuki sistem tersebut. Saya berharap i’tikad pak Amien untuk mengubah kebobrokan sistem pemerintahan ini juga mendapat dukungan masyarakat umum. Masyarakat kini sudah mulai memperoleh pencerahan dalam mensikapi segala sesuatu. Setiap kata akan selalu diminta pertanggungjawabannya kelak.
Selain sepak terjang politik, ada satu hal yang benar-benar membuat saya kagum dengan bapak. Yaitu kepedulian bapak terhadap dunia pendidikan. Saya melihat banyak tokoh-tokoh politik di Indonesia tapi sedikit yang peduli dengan pendidikan dasar. Hal ini mungkin karena latar belakang pak Amien sebagai akademisi. Terlepas saya juga melihatnya sebagai bagian komersialisasi pendidikan, akan tetapi ini merupakan salah satu langkah konkret yang perlu diikuti oleh politikus-politikus lainnya. Mengingat pendidikan merupakan salah satu unsur penopang bangsa yang cukup tertinggal di Indonesia. Suatu bangsa akan maju jika rakyatnya mendapatkan pendidikan yang layak dan murah.
Pak Amien telah membuktikannya dengan mendirikan sekolah Budi Mulya dari tingkat TK sampai dengan SMP. Kebetulan, kemarin saya juga mengikuti Seminar Pendidikan dalam rangka launching SMP Budi Mulya. Pada kesempatan itu, akhirnya saya dapat melihat secara langsung sosok pak Amien yang benar-benar memberikan kesan pertama yang begitu mempesona. Pada saat melihat pertama, saya sempat agak kecewa dengan MC yang meminta peserta seminar untuk berdiri menghormati bapak. Asosiasi saya pada saat itu, “masak belum jadi presiden, kok sudah dihormati seperti itu”. Akan tetapi asosiasi tersebut langsung luluh, ketika pak Amien menyampaikan sambutan dan mengatakan tidak senang akan hal itu. Sosok pak Amien pada saat itu memberikan gambaran orang yang rendah hati dan apa adanya. Setiap kata yang anda sampaikan, saya cerna begitu mendalam, hingga di akhir sambutan saya pun mencatat pesan “we must do our part, and let the God do his part”. Ada pesan mendalam yang benar-benar menjatuhkan kesombongan saya pada saat itu. Sosok pak Amien yang religius, ternyata memang benar-benar nyata di hadapan saya. Memang, manusia harus berusaha semaksimal mungkin tapi Allah tetaplah sebagai penentu keputusan.
Sebagai calon presiden, saya berpendapat bahwa pak Amien telah memiliki enam pilar kepribadiaan yang dapat memajukan bangsa Indonesia. Yang pertama adalah sosok bapak yang religius. Saya yakin seorang muslim yang memahami Al Qur’an dan Sunnah Rasul, Insya Allah dapat dipercaya untuk memimpin bangsa ini. Ajaran-ajaran Islam sudah sangat menginternal pada diri bapak mengingat latar belakang keluarga dan lingkungan yang begitu dekat dengan Islam.
Pilar yang kedua adalah sosok bapak yang berani menyatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Dalam hal ini, saya berharap semoga pak Amien dapat tetap kritis dan obyektif dalam memberantas korupsi dan kolusi.
Kemudian pilar yang ketiga adalah mendengarkan pendapat orang lain. Dalam kondisi masyarakat yang penuh dengan himpitan permasalahan, maka seorang pak Amien dapat mengayomi mereka dengan mendengarkan suara bawah maupun atas baik dari kalangan buruh, tukang becak, pedagang kaki lima, guru bahkan dari kalangan ahli sekaligus.
Selain itu, sosok yang perlu membawa Indonesia juga haruslah konsisten dalam bersikap (istiqomah). Dalam hal ini, sosok pak Amien memiliki pilar yang keempat yaitu sebagai tokoh reformasi yang diharapkan dapat konsisten untuk melaksanakan agenda reformasi.
Dalam perjalanan seorang negarawan, sosok pak Amien juga telah memiliki pilar yang kelima yaitu memiliki reputasi internasional serta memiliki jangkauan internasional. Sebagai negara berkembang, Indonesia perlu menjaga hubungan baik dengan negara lain melalui image positif dari pemimpinnya.
Besar harapan saya, semoga bapak dapat menjadi pemimpin bangsa yang dicintai oleh rakyat hingga akhir sejarah. Semoga bapak selalu mendapatkan rahmat Allah dalam setiap langkah. Selamat berjuang, pak Amien!
Wassalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Hormat saya,
Fima Rosyidah
PS: 1st winner in Jogja, 2004 (pra-PEMILU PRESIDEN)